Usaha iblis membawa
kerugian fisik bagi tiap manusia dan tiap masyarakat. Walaupun demikian,
usahanya itu dibiarkan oleh penyelenggaraan ilahi, yang mengatur sejarah
manusia dan dunia dengan penuh kekuatan dan sekaligus dengan lemah lembut.
Bahwa Allah membiarkan usaha setan merupakan satu rahasia besar, tetapi "kita tahu, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Rm 8:28).
Bahwa Allah membiarkan usaha setan merupakan satu rahasia besar, tetapi "kita tahu, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Rm 8:28).
2 Korintus 4:3-4
Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan
binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah
dibutakan oleh ilah
zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang
kemuliaan Kristus,
Nas : 2Kor 4:4Perkataan "ilah zaman ini"
menunjuk kepada Iblis (bd.; Ef 2:2;) yang memegang kuasa atas banyak kegiatan
pada zaman sekarang ini. Akan tetapi, pemerintahannya itu bersifat sementara
dan bersyarat. Dia melangsungkan pemerintahannya hanya dengan kehendak Allah
yang mengizinkan sampai akhir sejarah. Mereka yang tidak tunduk kepada Yesus Kristus, tetap berada di
bawah kekuasaan Iblis. Dia membutakan mata mereka terhadap kebenaran dan
kemuliaan Injil agar mereka tidak dapat diselamatkan. Pemecahan terhadap
keadaan yang fatal ini ialah dengan mengikat kegiatannya melalui doa syafaat
dan pemberitaan Injil dalam kuasa Roh supaya orang dapat mendengarkan, mengerti
dan memilih untuk percaya atau tidak (ayat
2Kor 4:5-6;
Efe 6:12; karena
perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara
Tit 3:3}Karena dahulu kita juga hidup
dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan
keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.
1 Tesalonika 3:5 Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat
tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku
kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha
kami menjadi sia-sia.
Kerajaan
Iblis adalah suatu pemerintahan dalam tatanan organisasi yang didirikan oleh Lucifer di bumi, sebagai perlawanan/pemberontakan
terhadap Kerajaan Surga. Dalam
menjalankan pemerintahannya Iblis memiliki suatu tatanan organisasi (Efesus 6:12), yaitu:
·
Pemerintah-pemerintah, pemimipin-pemimpin tertinggi dalam suatu kerajaan ( malaikat-malaikat
yang jatuh dan menjadi Setan yang
disembah sebagai Dewa Matahari, Dewa Bulan, Beelzebul, Molokh, dll Penguasa-penguasa,
makhluk yang menerima kuasa dan menjalankan kehendak atasannya (Jin sebagai sesembahan bangsa Timur Tengah pada waktu itu
= lihat penjelasannya di Perjanjian Lama);
·
Penghulu-penghulu,
pemimpin-pemimpin (manusia jahat yang melakukan kehendak Iblis= di Alkitab disebut sebagai anak iblis);
·
roh-roh jahat, roh-roh
yang durhaka (legion, leviatan, dan lain-lain). Ada pendapat bahwa roh tidak
dibagi menjadi jenis kejahatannya seperti roh percabulan,roh kedengkian dsb.,
sedangkan kata roh pemecah yang terdapat dalam Galatia 5:20 jika ditinjau dari
bahasa Yunaninya bukan berarti roh, akan tetapi perbuatan atau tindakan yang
menimbulkan perpecahan. Demikian agar tidak terjadi penyesatan dalam
kekristenan mengenai macam macam roh, karena menurut standar kebenaran dari
alkitab, roh hanya terdiri dari roh manusia dan roh yang kudus dari Allah.
2 Korintus 11:13-15 Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.
PEKERJA-PEKERJA
CURANG, YANG MENYAMAR SEBAGAI RASUL-RASUL.
Nas : 2Kor 11:13
Pendusta
ulung, si Iblis (ayat 2Kor 11:3;) memakai orang jahat sebagai perantaranya,
dengan menjadikan mereka "rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang".
- 1) Alkitab berbicara mengenai pemimpin yang curang ini sebagai orang yang diberi kekuatan oleh Iblis.
- (a) Mereka kelihatannya melakukan perkara-perkara besar bagi Allah (ayat 2Kor 11:15;),
- (b) menyampaikan khotbah Injil yang menarik perhatian (ayat 2Kor 11:4;
- (c) kelihatannya benar tetapi pada kenyataannya mereka menolak ibadah dan mengingkari kekuatannya (2Tim 3:5).
- 2) Orang ini menyamar sebagai "rasul-rasul Kristus" dan "hamba-hamba kebenaran" (ayat 2Kor 11:15). Demikian, mereka meniru pelayan Kristus yang sejati dan menyinggung setiap "bentuk ibadah" yang ada dalam berita mereka (2Tim 3:5). Bisa jadi mereka itu memiliki perhatian dan kasih yang tulus, dan mungkin mereka memberitakan pengampunan, damai sejahtera, kepuasan, kasih, dan banyak hal lain yang berguna, tetapi mereka hidup di bawah pengaruh Iblis. Injil mereka sering menjadi berita dari akal manusia dan bukan penafsiran yang benar dari penyataan Allah yang ditemukan dalam Alkitab (bd. Gal 1:6-7;). Berita mereka menyimpang dari pengajaran rasul-rasul PB
- 3) Semua orang percaya harus waspada terhadap para pekerja dan pemimpin yang menyesatkan ini (ayat 2Kor 11:3-4;), dan jangan diperdaya oleh kharisma, pidato yang fasih, pendidikan, mukjizat, jumlah keberhasilan dan berita mereka yang digemari orang.
- 4) Semua pemimpin agama harus dinilai berdasarkan sikap dan kesetiaan mereka terhadap penebusan oleh darah Yesus Kristus dan terhadap Injil sebagaimana disajikan oleh Kristus dan para penulis PB
Permusuhan Iblis terhadap Pengikut Kristus
Permusuhan yang sama juga ditunjukkan kepada pengikut-pengikut Kristus sebagaimana yang di tunjukkan kepada Guru mereka. Siapa saja yang melihat sifat dosa itu menjijikkan, dan dengan kekuatan dari atas melawan penggodaan, maka dengan pasti akan menimbulkan kemarahan setan dan pengikut -pengikutnya (ini dapat dideteksi bilamana manusia memiliki roh yang menentang Roh Mesias yang akan melawatnya). Pengikut-pengikut Kristus dan budak-budak setan tidak bisa hidup secara harmonis. Perlawanan yang didengungkan iblis terhadap salib belum berakhir.
"Memang setiap
orang yang mau hidup di dalam Yesus Kristus akan menderita aniaya." (2
Timotius 3:12)
Sementara setan
terus berupaya membutakan pikiran mereka kepada fakta, biarlah orang-orang Kristen tidak lupa bahwa
"perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Efesus
6:12). Amaran yang diilhami ini diserukan berabad-abad sampai ke
zaman kita: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si iblis
berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). "Kenakanlah seluruh
perlengkapan senjata Allah,
supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis."
(Efesus
6:11).
Memahami dan Menafsirkan Ucapan Paulus Yang Sulit,
Diserahkan Kepada Iblis
* 1 Korintus 5:1-13 Dosa dalam jemaat
Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu?Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku -- sama seperti aku hadir -- telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu.Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita,orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
Instruksi Paulus kepada orang Kristen di Korintus ini, yang rnerupakan bagian dan panggilannya untuk mengucilkan seorang anggota karena pelanggaran moral yang serius, membutuhkan penafsiran yang hati-hati, jika tidak akan terjadi penyimpangan arti yang cukup besar.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini sering ditanyakan: Apa sebenarnya arti dari "diserahkan kepada lblis"? Mengapa Rasul Paulus ingin menyerahkan seseorang kepada Iblis? Walaupun orang ini me/akukan dosa yang menyedihkan, apakah tidak ada tempat untuk teguran dan pengampunan dalam masyarakat Kristen? Apa maksud istilah "sehingga binasa tubuhnya'' (secara hurufiah "dagingnya")? Dan bagaimana mungkin hal itu dapat menjadi sarana menuju "keselamatan rohnya''? Mari kita ikuti argumentasi Paulus dan berusaha untuk memahami istilah-istilah yang digunakannya dalam konteks pemikiran yang lebih luas.
Dalam penafsiran kita terhadap I Korintus 3:17 (bab 14 di atas), kita beranggapan bahwa Paulus memahami gereja, baik secara lokal di Korintus maupun di tempat-tempat lain, sebagai alternatif Allah terhadap perpecahan dan kehancuran masyarakat manusia. Pelaksanaan alternatif tersebut melemah karena beberapa masalah di gereja di Korintus. Bab 5, di mana terdapat ucapan yang sulit itu, membahas secara keseluruhan salah satu masalah ini.
Masalah khusus yang timbul adalah kehidupan seks yang tidak bermoral yang dilakukan oleh salah seorang anggota jemaat. Masalah yang lebih besar adalah sikap orang Kristen di Korintus terhadap kehidupan jasmani, yang mengijinkan mereka bukan saja untuk bertoleransi terhadap tingkah laku yang tidak bermoral dari seorang saudara seiman, tetapi juga menunjukkan kebanggaan atau keangkuhan tertentu dalam hal tersebut. Kita akan membicarakan hal ini secara berurutan.
Paulus mengungkapkan masalahnya dengan jelas di hadapan mereka dalam I Korintus 5: 1. Kata-kata yang diterjemahkan "percabulan seksual (Alkitab versi NIV), atau "percabulan" saja (Alkitab versi RSV), adalah kata bahasa Yunani porneia (darimana kita mendapatkan kata "pornografi"). Secara hurufiah, kata ini berarti "pelacuran," tetapi seperti dalam sepanjang Perjanjian Baru, Paulus menggunakan kata tersebut dalam pengertian berbagai macam kenajisan seksual yang lebih luas. Kalimat selanjutnya, "Ada orang yang hidup dengan istri ayahnya," menjelaskan contoh kenajisan itu. Kalimat ini menyatakan bahwa peristiwa tersebut tidak hanya terjadi satu kali saja, melainkan hubungan percabulan yang terus-menerus. Hubungan ini tidak digambarkan sebagai incest (hubungan perzinahan dengan anggota keluarga), jadi perempuan itu mungkin adalah ibu tirinya. Paulus juga tidak berbicara tentang perzinahan; jadi, mungkin suami perempuan itu meninggal atau perempuan ltu bercerai dengannya.
Dari sudut pandang orang Yahudi sendiri, hubunqan semacam itu merupakan pelanggaran serius terhadap hukum ilahi. Imamat 18:8 jelas melarang hal ini, dan menurut tradisi rabi, pelanggar itu dapat dikenai hukuman dilempar dengan batu. Yang membuat situasinya semakin genting, seperti dinyatakan dalam 1 Korintus 5: 1, adalah hubungan seksual terse but "tidak terdapat sekali pun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah." Dengan pernyataannya ini barangkali Paulus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa percabulan semacam ini tidak pernah terjadi di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; sebaliknya, ia pasti menunjukkan fakta bahwa hukum Roma sekalipun (seperti yang dinyatakan dalam Lembaga Gaius) melarang praktek semacam ini (yaitu, "Di dunia bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah sekalipun perbuatan ini tidak dapat diterima!"). Hal ini jelas merusak struktur moral dari seluruh jemaat, dan juga kelangsungan kesaksian mereka pada orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Kegentingan masalah ini, yang menimbulkan penilaian dan pengarahan yang agak keras dari Paulus agar jemaat bertindak, diperkuat lagi oleh penilaiannya terhadap sikap jemaat, yang jelas bukan saja mentoleransi hubungan gelap tersebut, melainkan juga menyombongkan dirinya sendiri atas hal itu. Sesungguhnya, di balik sikap mereka Paulus mung kin telah melihat kehidupan dan iman Kristen yang mendorong dan memelihara percabulan seksual yang dibicarakan (baik yang ada dalam pasal 5 ini maupun dalam bentuk lainnya pada pasal 6).
"Laki-laki ini mengadakan hubungan seksual dengan istri ayahnya yang tidak dapat diterima baik dalam agama Yahudi maupun hukum sipil Roma sekalipun demikian kamu sombong" (1 Korintus 5:2). Penilaian terhadap sikap mereka ini sudah dapat kita lihat pada bab 4. Di sana, Paulus melemparkan serangkaian sind iran yang tajam pada kesombongan mereka, "Kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja" (1 Korintus 4:8 ); "kamu arif dalam Kristus, kamu kuat!" (1 Korintus 4:10). Kemudian ia menutupnya dengan kata-kata "Tetapi ada beberapa orang yang menjadi sombong" (1 Korintus 4:18 ). Sesudah perintahnya untuk mengucilkan pelanggar itu, ia menuding sikap mereka sekali lagi, "Kemegahanmu tidak baik" (I Korintus 5:6).
Apa dasar dari sikap sombong ini? Telah lama diketahui bahwa banyak dari masalah yang dibicarakan Paulus di gereja Korintus nampaknya berakar pada pol a pikir agama yang merendahkan kehidupan jasmani dan menekankan pembebasan roh. Pandangan ini berkembang dari sinkretisme/penyatuan aliran Hellenistik, dengan sumbangan baik dari kultus filsafat maupun mistik yang tersebar dari Timur di seluruh kerajaan Roma.
Plato telah mengajarkan bahwa tubuh adalah makam dari jiwa; bahwa kematian membebaskan kita dari cengkeraman jasmani; bahwa dalam hidup ini manusia dapat melampaui segi negatif dari suatu perkara dengan pengetahuan yang lebih tinggi mengenai realitas akhirat. Berbagai kultus Hellenistik menawarkan percabulan melalui persatuan dengan dewa atau dewa-dewa, yang kadang-kadang dilambangkan atau dicapai melalui pelacuran. Dalam iklim filsafat agama semacam ini, pengajaran Paulus mengenai kebebasan "dalam Kristus" dan kehidupan "di dalam Roh," khususnya di Korintus, seringkali diselewengkan menjadi imoralitas yang antusias yang menolak pembatasan moral, khususnya dalam hal jasmani. Karena berdasarkan definisi perkara jasmani itu tidak penting begitu nampaknya argumentasi mereka tidak menjadi masalah apa yang kita lakukan dengan tubuh kita. Sesungguhnya, kesombongan mereka dalam hal percabulan seksual di tengah-tengah mereka menunjukkan bahwa mereka mung kin memandang hal ini sebagai bukti kesempurnaan rohani mereka. Agama mereka adalah agama kemabukan yang antusias tanpa seman gat moral!
Reaksi yang benar, baik terhadap masalah percabulan seksual yang tidak dapat ditoleransi maupun kerohanian mereka yang mereka anggap hebat, seharusnya adalah dukacita, bukan kesombongan (1 Korintus 5:2). Dan sikap semacam ini tidak diragukan lagi akan menjauhkan pelanggar itu dari persekutuan.
Jelas bahwa Paulus menghendaki pengucilan, ini dapat dilihat bukan hanya dari 1 Korintus 5:2. melainkan juga analogi Paskah dalam 1 Korintus 5:6-8 ("Buanglah ragi yang lama itu" l Korintus 5:7) dan kutipan dari Ulangan 17:7 ("Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu"l Korintus 5:13). Hakikat dari pembuangan ini dinyatakan dalam kalimat yang membingLingkan, "Orang itu harus kita serahkan kepada lblls." Ada dua tujuan:
(1) agar "tubuh"nya binasa dan
(2) "roh"nya akan diselamatkan (I Korintus 5:5).
Kalimat "kita serahkan kepada lblis'' harus dipahami dalam pengertian kiasan, karena seseorang yang benar-benar diserahkan kepada Iblis akan binasa untuk selamanya. Tetapi di sini tidak digambarkan akhir seperti itu.
Beberapa orang melihat praktek pengucilan Yahudi di balik ungkapan ini, yang secara khusus dilaksanakan karena pelang-garan terhadap hukum perkawinan. Dengan mengucilkan seorang pelanggar, diyakini bahwa pemisahan dari umat Allah, dan karenanya dari pemeliharaan Allah secara khusus, akan menimbulkan kematian sebelum waktunya (Tetapi, dalam kebiasaan Yahudi, tangan Allahlah yang dianggap melaksanakan hukuman ini, bukan tangan Iblis). Dalam hal ini kematian sebelum waktunya dapat disebut sebagai "kehancuran tubuh." Tidak jelas bagaimana kematian sebelum waktunya ini mempengaruhi keselamatan akhir.
Tampaknya jalan terbaik adalah mencari penjelasan berdasarkan latar belakang pemikiran apokaliptik Yahudi yang lebih luas yang dimiliki Paulus. Menurut pemikiran tersebut, Iblis dianggap sebagai "penguasa dunia ini" (lihat Yohanes 12:31), sebagai "penghulu kegelapan" yang memiliki kedaulatan atas "jaman yang jahat ini" dan dunia orang mati. Menurut lnjil, peng ajaran dan perbuatan Yesus adalah pemerintahan Allah yang menembus daerah kekuasaan Iblis (lihat Lukas 11:14-22). Bagi Paulus, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan peristiwa yang menentukan: penguasa-penguasa jahat telah dilucuti kekuasaannya (Kolose 2:15); "jaman akhir" telah memasuki jaman sekarang yang jahat ini (1 Korintus 10: 11); "ciptaan baru" sudah datang (2 Korintus 5:17); orang Kristen adalah mereka yang telah dibebaskan "dari kuasa kegelapan" dan dipindahkan ke dalam Kerajaan Anak Allah yang kekasih (Kolose 1 :13).
Kita harus menafsirkan ucapan "orang itu harus kita serahkan kepada lblis'' berdasarkan pemahaman kita yang lebih luas mengenai pandangan Paulus ini. Ciptaan baru sudah dimulai, tetapi belum sempurna; kerajaan Iblis telah ditembus, tetapi belum berakhir; jaman baru telah datang ke atas jaman sekarang yang jahat ini, tetapi belum menggantikannya. Jadi gereja merupakan tempat kehadiran Kristus dan pekerjaan-Nya yang terus berlangsung; gereja itu merupakan kurnpulan dari Roh Allah. Karena itu dikucilkan berarti dipindahkan dari Kerajaan Anak Allah ke dalam kuasa kegelapan (kebalikan dari Kolose 1 :13). Transaksi semacam ini dengan tepat digambarkan sebagai "penyerahan kepada Iblis," yaitu, ke dalam dunia, lingkup kekuasaannya yang terus berlangsung.
Jika itulah arti yang benar dari kalimat tersebut, bagaimanakah kita harus memahami tujuan yang dinyatakan dalam transaksi ini?
Pembacaan kalimat ini secara hurufiah, "sehingga binasa tubuhnya," mempunyai beberapa kemungkinan arti:
(1) musnahnya keberadaan jasmani menuju kehancuran;
(2) kematian sebelum waktunya, sesuai dengan pemikiran Yahudi;
(3) penderitaan jasmani.
Timbul dua kesulitan:
(1) Bagaimana masing-masing hal ini dapat menimbulkan tujuan pengucilan yang dinyatakan tadi, yaitu keselamatan?
(2) Berdasarkan pengajaran Paulus mengenai kebangkitan tubuh dan penolakannya terhadap imoralitas Korintus (dengan pemikirannya yang 'anti jasmani'), apakah ia akan mempromosikan dikotomi: penghancuran daging versus keselamatan roh?
Kesulitan ini hilang jika kita memikirkan dengan serlus cara Paulus menggunakan istilah daging dan roh secara umum pada saat berbicara tentang kehidupan manusia. Paulus jelas menolak dikotomi antara keadaan jasmani dan rohani yang sangat umum dalam pandangan Yunani. Ketika ia membandingkan "daging" dan "roh" dalam kehidupan manusia, hidup "di dalam daging" dan hidup "di dalam roh," ia membandingkan dua macam eksistensi, dua orientasi kehidupan. "Daging" menggambarkan manusia secara total (termasuk roh manusia) yang menentang Allah; "roh" menggambarkan manusia secara total (termasuk manusia jasmani) yang ditebus oleh Allah, dalam hubungan dengan Kristus (Untuk pembahasan lebih lengkap, lihat bab 5 tentang Roma 7:14, 19 ).
Kalimat "sehingga binasa tubuhnya" dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan dalam Alkitab versi NIV dengan, "sehingga sifat yang berdosa itu dihancurkan" dengan tepat mengungkapkan penggunaan kata daging secara religius oleh Paulus. Dengan demikian tujuan pengucilan itu adalah penghancuran "cara hidup" pelanggar hukum itu. Tentu saja ia telah merasakan kasih karunia Allah, mengalami kasih Kristus dalam persekutuan, menyaksikan kekuatan Roh Kudus yang mengubahkan dalam kehidupan saudara-saudaranya seiman. Jika ia dikucilkan dari lingkungan tersebut, tidakah ia akan sadar? (seperti Anak yang hilang)? Apakah ia tidak akan menyadari bahwa imoralitasnya hanya akan membawa kepada kematian, tetapi penghapusan imoralitas itu akan membawa kepada kehidupan?
Hanya dalam pemahaman itulah konsep "kebinasaan tubuh/daging" merupakan langkah pertama yang sesuai menuju "keselamatan rohnya." Dalam kalimat yang terakhir ini, kata "roh" menunjukkan manusia yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah, yang hidup "di dalam Roh" atau "menurut Roh" (lihat , Roma 8:5-11). Dengan demikian, seseorang yang sekali lagl dipindahkan dari kuasa kegelapan melalui pembinasaan "tubuh"nya, akan diselamatkan "pada hari Tuhan."
Diserahkan Kepada Iblis
* 1 Korintus 5:1-13 Dosa dalam jemaat
Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu?Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku -- sama seperti aku hadir -- telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu.Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita,orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
Instruksi Paulus kepada orang Kristen di Korintus ini, yang rnerupakan bagian dan panggilannya untuk mengucilkan seorang anggota karena pelanggaran moral yang serius, membutuhkan penafsiran yang hati-hati, jika tidak akan terjadi penyimpangan arti yang cukup besar.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini sering ditanyakan: Apa sebenarnya arti dari "diserahkan kepada lblis"? Mengapa Rasul Paulus ingin menyerahkan seseorang kepada Iblis? Walaupun orang ini me/akukan dosa yang menyedihkan, apakah tidak ada tempat untuk teguran dan pengampunan dalam masyarakat Kristen? Apa maksud istilah "sehingga binasa tubuhnya'' (secara hurufiah "dagingnya")? Dan bagaimana mungkin hal itu dapat menjadi sarana menuju "keselamatan rohnya''? Mari kita ikuti argumentasi Paulus dan berusaha untuk memahami istilah-istilah yang digunakannya dalam konteks pemikiran yang lebih luas.
Dalam penafsiran kita terhadap I Korintus 3:17 (bab 14 di atas), kita beranggapan bahwa Paulus memahami gereja, baik secara lokal di Korintus maupun di tempat-tempat lain, sebagai alternatif Allah terhadap perpecahan dan kehancuran masyarakat manusia. Pelaksanaan alternatif tersebut melemah karena beberapa masalah di gereja di Korintus. Bab 5, di mana terdapat ucapan yang sulit itu, membahas secara keseluruhan salah satu masalah ini.
Masalah khusus yang timbul adalah kehidupan seks yang tidak bermoral yang dilakukan oleh salah seorang anggota jemaat. Masalah yang lebih besar adalah sikap orang Kristen di Korintus terhadap kehidupan jasmani, yang mengijinkan mereka bukan saja untuk bertoleransi terhadap tingkah laku yang tidak bermoral dari seorang saudara seiman, tetapi juga menunjukkan kebanggaan atau keangkuhan tertentu dalam hal tersebut. Kita akan membicarakan hal ini secara berurutan.
Paulus mengungkapkan masalahnya dengan jelas di hadapan mereka dalam I Korintus 5: 1. Kata-kata yang diterjemahkan "percabulan seksual (Alkitab versi NIV), atau "percabulan" saja (Alkitab versi RSV), adalah kata bahasa Yunani porneia (darimana kita mendapatkan kata "pornografi"). Secara hurufiah, kata ini berarti "pelacuran," tetapi seperti dalam sepanjang Perjanjian Baru, Paulus menggunakan kata tersebut dalam pengertian berbagai macam kenajisan seksual yang lebih luas. Kalimat selanjutnya, "Ada orang yang hidup dengan istri ayahnya," menjelaskan contoh kenajisan itu. Kalimat ini menyatakan bahwa peristiwa tersebut tidak hanya terjadi satu kali saja, melainkan hubungan percabulan yang terus-menerus. Hubungan ini tidak digambarkan sebagai incest (hubungan perzinahan dengan anggota keluarga), jadi perempuan itu mungkin adalah ibu tirinya. Paulus juga tidak berbicara tentang perzinahan; jadi, mungkin suami perempuan itu meninggal atau perempuan ltu bercerai dengannya.
Dari sudut pandang orang Yahudi sendiri, hubunqan semacam itu merupakan pelanggaran serius terhadap hukum ilahi. Imamat 18:8 jelas melarang hal ini, dan menurut tradisi rabi, pelanggar itu dapat dikenai hukuman dilempar dengan batu. Yang membuat situasinya semakin genting, seperti dinyatakan dalam 1 Korintus 5: 1, adalah hubungan seksual terse but "tidak terdapat sekali pun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah." Dengan pernyataannya ini barangkali Paulus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa percabulan semacam ini tidak pernah terjadi di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; sebaliknya, ia pasti menunjukkan fakta bahwa hukum Roma sekalipun (seperti yang dinyatakan dalam Lembaga Gaius) melarang praktek semacam ini (yaitu, "Di dunia bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah sekalipun perbuatan ini tidak dapat diterima!"). Hal ini jelas merusak struktur moral dari seluruh jemaat, dan juga kelangsungan kesaksian mereka pada orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Kegentingan masalah ini, yang menimbulkan penilaian dan pengarahan yang agak keras dari Paulus agar jemaat bertindak, diperkuat lagi oleh penilaiannya terhadap sikap jemaat, yang jelas bukan saja mentoleransi hubungan gelap tersebut, melainkan juga menyombongkan dirinya sendiri atas hal itu. Sesungguhnya, di balik sikap mereka Paulus mung kin telah melihat kehidupan dan iman Kristen yang mendorong dan memelihara percabulan seksual yang dibicarakan (baik yang ada dalam pasal 5 ini maupun dalam bentuk lainnya pada pasal 6).
"Laki-laki ini mengadakan hubungan seksual dengan istri ayahnya yang tidak dapat diterima baik dalam agama Yahudi maupun hukum sipil Roma sekalipun demikian kamu sombong" (1 Korintus 5:2). Penilaian terhadap sikap mereka ini sudah dapat kita lihat pada bab 4. Di sana, Paulus melemparkan serangkaian sind iran yang tajam pada kesombongan mereka, "Kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja" (1 Korintus 4:8 ); "kamu arif dalam Kristus, kamu kuat!" (1 Korintus 4:10). Kemudian ia menutupnya dengan kata-kata "Tetapi ada beberapa orang yang menjadi sombong" (1 Korintus 4:18 ). Sesudah perintahnya untuk mengucilkan pelanggar itu, ia menuding sikap mereka sekali lagi, "Kemegahanmu tidak baik" (I Korintus 5:6).
Apa dasar dari sikap sombong ini? Telah lama diketahui bahwa banyak dari masalah yang dibicarakan Paulus di gereja Korintus nampaknya berakar pada pol a pikir agama yang merendahkan kehidupan jasmani dan menekankan pembebasan roh. Pandangan ini berkembang dari sinkretisme/penyatuan aliran Hellenistik, dengan sumbangan baik dari kultus filsafat maupun mistik yang tersebar dari Timur di seluruh kerajaan Roma.
Plato telah mengajarkan bahwa tubuh adalah makam dari jiwa; bahwa kematian membebaskan kita dari cengkeraman jasmani; bahwa dalam hidup ini manusia dapat melampaui segi negatif dari suatu perkara dengan pengetahuan yang lebih tinggi mengenai realitas akhirat. Berbagai kultus Hellenistik menawarkan percabulan melalui persatuan dengan dewa atau dewa-dewa, yang kadang-kadang dilambangkan atau dicapai melalui pelacuran. Dalam iklim filsafat agama semacam ini, pengajaran Paulus mengenai kebebasan "dalam Kristus" dan kehidupan "di dalam Roh," khususnya di Korintus, seringkali diselewengkan menjadi imoralitas yang antusias yang menolak pembatasan moral, khususnya dalam hal jasmani. Karena berdasarkan definisi perkara jasmani itu tidak penting begitu nampaknya argumentasi mereka tidak menjadi masalah apa yang kita lakukan dengan tubuh kita. Sesungguhnya, kesombongan mereka dalam hal percabulan seksual di tengah-tengah mereka menunjukkan bahwa mereka mung kin memandang hal ini sebagai bukti kesempurnaan rohani mereka. Agama mereka adalah agama kemabukan yang antusias tanpa seman gat moral!
Reaksi yang benar, baik terhadap masalah percabulan seksual yang tidak dapat ditoleransi maupun kerohanian mereka yang mereka anggap hebat, seharusnya adalah dukacita, bukan kesombongan (1 Korintus 5:2). Dan sikap semacam ini tidak diragukan lagi akan menjauhkan pelanggar itu dari persekutuan.
Jelas bahwa Paulus menghendaki pengucilan, ini dapat dilihat bukan hanya dari 1 Korintus 5:2. melainkan juga analogi Paskah dalam 1 Korintus 5:6-8 ("Buanglah ragi yang lama itu" l Korintus 5:7) dan kutipan dari Ulangan 17:7 ("Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu"l Korintus 5:13). Hakikat dari pembuangan ini dinyatakan dalam kalimat yang membingLingkan, "Orang itu harus kita serahkan kepada lblls." Ada dua tujuan:
(1) agar "tubuh"nya binasa dan
(2) "roh"nya akan diselamatkan (I Korintus 5:5).
Kalimat "kita serahkan kepada lblis'' harus dipahami dalam pengertian kiasan, karena seseorang yang benar-benar diserahkan kepada Iblis akan binasa untuk selamanya. Tetapi di sini tidak digambarkan akhir seperti itu.
Beberapa orang melihat praktek pengucilan Yahudi di balik ungkapan ini, yang secara khusus dilaksanakan karena pelang-garan terhadap hukum perkawinan. Dengan mengucilkan seorang pelanggar, diyakini bahwa pemisahan dari umat Allah, dan karenanya dari pemeliharaan Allah secara khusus, akan menimbulkan kematian sebelum waktunya (Tetapi, dalam kebiasaan Yahudi, tangan Allahlah yang dianggap melaksanakan hukuman ini, bukan tangan Iblis). Dalam hal ini kematian sebelum waktunya dapat disebut sebagai "kehancuran tubuh." Tidak jelas bagaimana kematian sebelum waktunya ini mempengaruhi keselamatan akhir.
Tampaknya jalan terbaik adalah mencari penjelasan berdasarkan latar belakang pemikiran apokaliptik Yahudi yang lebih luas yang dimiliki Paulus. Menurut pemikiran tersebut, Iblis dianggap sebagai "penguasa dunia ini" (lihat Yohanes 12:31), sebagai "penghulu kegelapan" yang memiliki kedaulatan atas "jaman yang jahat ini" dan dunia orang mati. Menurut lnjil, peng ajaran dan perbuatan Yesus adalah pemerintahan Allah yang menembus daerah kekuasaan Iblis (lihat Lukas 11:14-22). Bagi Paulus, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan peristiwa yang menentukan: penguasa-penguasa jahat telah dilucuti kekuasaannya (Kolose 2:15); "jaman akhir" telah memasuki jaman sekarang yang jahat ini (1 Korintus 10: 11); "ciptaan baru" sudah datang (2 Korintus 5:17); orang Kristen adalah mereka yang telah dibebaskan "dari kuasa kegelapan" dan dipindahkan ke dalam Kerajaan Anak Allah yang kekasih (Kolose 1 :13).
Kita harus menafsirkan ucapan "orang itu harus kita serahkan kepada lblis'' berdasarkan pemahaman kita yang lebih luas mengenai pandangan Paulus ini. Ciptaan baru sudah dimulai, tetapi belum sempurna; kerajaan Iblis telah ditembus, tetapi belum berakhir; jaman baru telah datang ke atas jaman sekarang yang jahat ini, tetapi belum menggantikannya. Jadi gereja merupakan tempat kehadiran Kristus dan pekerjaan-Nya yang terus berlangsung; gereja itu merupakan kurnpulan dari Roh Allah. Karena itu dikucilkan berarti dipindahkan dari Kerajaan Anak Allah ke dalam kuasa kegelapan (kebalikan dari Kolose 1 :13). Transaksi semacam ini dengan tepat digambarkan sebagai "penyerahan kepada Iblis," yaitu, ke dalam dunia, lingkup kekuasaannya yang terus berlangsung.
Jika itulah arti yang benar dari kalimat tersebut, bagaimanakah kita harus memahami tujuan yang dinyatakan dalam transaksi ini?
Pembacaan kalimat ini secara hurufiah, "sehingga binasa tubuhnya," mempunyai beberapa kemungkinan arti:
(1) musnahnya keberadaan jasmani menuju kehancuran;
(2) kematian sebelum waktunya, sesuai dengan pemikiran Yahudi;
(3) penderitaan jasmani.
Timbul dua kesulitan:
(1) Bagaimana masing-masing hal ini dapat menimbulkan tujuan pengucilan yang dinyatakan tadi, yaitu keselamatan?
(2) Berdasarkan pengajaran Paulus mengenai kebangkitan tubuh dan penolakannya terhadap imoralitas Korintus (dengan pemikirannya yang 'anti jasmani'), apakah ia akan mempromosikan dikotomi: penghancuran daging versus keselamatan roh?
Kesulitan ini hilang jika kita memikirkan dengan serlus cara Paulus menggunakan istilah daging dan roh secara umum pada saat berbicara tentang kehidupan manusia. Paulus jelas menolak dikotomi antara keadaan jasmani dan rohani yang sangat umum dalam pandangan Yunani. Ketika ia membandingkan "daging" dan "roh" dalam kehidupan manusia, hidup "di dalam daging" dan hidup "di dalam roh," ia membandingkan dua macam eksistensi, dua orientasi kehidupan. "Daging" menggambarkan manusia secara total (termasuk roh manusia) yang menentang Allah; "roh" menggambarkan manusia secara total (termasuk manusia jasmani) yang ditebus oleh Allah, dalam hubungan dengan Kristus (Untuk pembahasan lebih lengkap, lihat bab 5 tentang Roma 7:14, 19 ).
Kalimat "sehingga binasa tubuhnya" dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan dalam Alkitab versi NIV dengan, "sehingga sifat yang berdosa itu dihancurkan" dengan tepat mengungkapkan penggunaan kata daging secara religius oleh Paulus. Dengan demikian tujuan pengucilan itu adalah penghancuran "cara hidup" pelanggar hukum itu. Tentu saja ia telah merasakan kasih karunia Allah, mengalami kasih Kristus dalam persekutuan, menyaksikan kekuatan Roh Kudus yang mengubahkan dalam kehidupan saudara-saudaranya seiman. Jika ia dikucilkan dari lingkungan tersebut, tidakah ia akan sadar? (seperti Anak yang hilang)? Apakah ia tidak akan menyadari bahwa imoralitasnya hanya akan membawa kepada kematian, tetapi penghapusan imoralitas itu akan membawa kepada kehidupan?
Hanya dalam pemahaman itulah konsep "kebinasaan tubuh/daging" merupakan langkah pertama yang sesuai menuju "keselamatan rohnya." Dalam kalimat yang terakhir ini, kata "roh" menunjukkan manusia yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah, yang hidup "di dalam Roh" atau "menurut Roh" (lihat , Roma 8:5-11). Dengan demikian, seseorang yang sekali lagl dipindahkan dari kuasa kegelapan melalui pembinasaan "tubuh"nya, akan diselamatkan "pada hari Tuhan."
Disalin dari
:
Manfred T Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, SAAT Malang, p. 84-91
Manfred T Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, SAAT Malang, p. 84-91
Refleksi Pribadi
Kuasa dosa bukan hanya muncul dari perbuatan salah
manusia tetapi adalah buah dari usaha iblis untuk memberontak kepada Allah.
Jiwa manusia memang tak dapat iblis sentuh tetapi iblis berusaha merebut jiwa
manusia dengan cara membinasakan daging. Membinasakan daging yaitu dengan
menggoda manusia untuk melakukan berbagai macam perbuatan dosa. Allah tidak
buta akan hal itu, Ia telah memberikan wejangan dan pegangan kepada manusia dan
telah memberikan hukum-Nya agar manusia dapat selamat menuju hidup kekal. Iblis
menggali terowongan dibawah jalan yang telah dirancang Allah untuk manusia
mencapai surga, dengan jalan itu iblis selalu mencari kesempatan untuk menarik
manusia yang tergoda untuk menyimpang dari jalan yang telah dipersiapkan Allah
bagi manusia. Kuasa Iblis begitu nyata dan semakin meraja lela di dunia ini.
Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia, yaitu mau mengikuti Allah atau
mengikuti jalan Iblis. Memang jalan Allah penuh duri dan onak sedangkan jalan
iblis penuh pesta pora dan kenikmatan duniawi yang menggoda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar