Dari berbagai gejala kerasukan setan dan gangguan kejiwaan (yang secara khusus difokuskan pada tiga macam kelainan di atas) kita mendapati bahwa di dalamnya ada hal-hal yang sama, tetapi ada juga yang berbeda. Hal-hal yang sama inilah yang seringkali menimbulkan masalah dan kesulitan dalam usaha menyimpulkan diagnosa apakah seseorang itu memang kerasukan atau hanya menderita gangguan kejiwaan atau bahkan kedua-duanya.
Seseorang yang kerasukan setan maupun yang sakit jiwa bisa mengalami gejala-gejala umum yang sama sebagai berikut:
- kepribadian atau pikiran yang terpecah
- mengalami halusinasi
- mengalami kejang-kejang; jatuh ke tanah dan berguling-guling; mulut berbusa
- senang menyendiri (sikap asosial)
- bisa berbicara dengan bahasa-bahasa yang tidak dapat dipahami pendengarnya
- mengabaikan kebersihan diri
Walaupun ada banyak gejala yang sama-sama bisa diamati baik pada penderita kerasukan maupun gangguan kejiwaan, namun kita masih bisa mendeteksi beberapa perbedaan di antara keduanya, sehingga kita masih bisa mengadakan identifikasi dan diferensiasi antara keduanya.
Biasanya orang yang kerasukan setan mengalami perubahan suara, yang khas dan kontras. Misalnya, seorang wanita muda mengeluarkan suara seorang laki-laki, atau sebaliknya. Fenomena semacam ini tidak akan pernah dijumpai dalam kasus-kasus gangguan kejiwaan. Demikian juga dengan kepribadiannya, orang yang kerasukan bisa dalam sekejap berubah pribadinya. Dalam multiple personality juga terjadi perubahan kepribadian, akan tetapi hal ini terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama (tidak dalam sekejap).
Seorang yang dirasuk setan pada umumnya menunjukkan kemampuan clairvoyance (bdk. Ks 16:16). Ia mampu mengetahui hal-hal yang tidak kelihatan atau yang belum terjadi secara jitu. Misalnya, ia bisa menunjukkan dosa-dosa tertentu dari seseorang, atau meramal sesuatu dengan tepat. Hal semacam ini tidak ditemui dalam kasus-kasus gangguan kejiwaan.
Kekuatan atau tenaga seseorang yang kerasukan setan menjadi berlipat ganda. Tampaknya semakin lama ia menjadi semakin kuat, bahkan tidak jarang ia mampu melemparkan beberapa orang yang berusaha memeganginya atau memutuskan tali-tali pengikatnya. Seseorang yang kerasukan tidak menampakkan tanda-tanda kesakitan walaupun dalam kondisi terluka. Dalam kasus gangguan kejiwaan, pasien bisa juga mengamuk dan menunjukkan peningkatan kekuatan, namun hal ini ada batasnya. Setelah beberapa saat biasanya ia akan menjadi lemas karena kehabisan tenaga.
Sebenarnya perbedaan yang sangat kontras lebih banyak terlihat pada waktu diadakan bimbingan rohani. Pada kasus-kasus kerasukan, biasanya korban akan menunjukkan perlawanan yang aktif. Misalnya, ia akan menjadi gelisah dan menolak ketika diajak berdoa. Pada waktu diminta untuk membaca Alkitab, setiap sampai pada kata atau frase yang mengandung unsur yang berkaitan dengan Yesus, ia akan mengalami kesulitan dalam membaca atau mengejanya, biasanya hal itu akan dilompati. Juga ketika diusir dalam nama Yesus, penderita kerasukan akan menampakkan reaksi yang sangat jelas, misalnya: menjerit-jerit ketakutan, berputar-putar, dan lain-lain.
Terakhir, perlu juga ditambahkan, bahwa dalam rangka membedakan kedua keadaan tersebut, kita perlu dan harus bergantung penuh kepada kuasa Tuhan. Bisa terjadi beberapa kasus sangat sulit untuk diidentifikasi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin hal ini karena roh jahat yang merasukinya termasuk jenis yang pandai menipu dan berpura-pura (Ingat, dalam dunia rohpun ada tingkatan-tingkatannya). Justru di sinilah kita memerlukan karunia membedakan roh yang berasal dari Roh Kudus, sehingga mampu memutuskan tindakan yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar